Minggu, 22 Desember 2013

Selamat Hari Ibu, Mamah

22 Desember, hari ibu. ah, gagal. rencana kejutan untukmu terbatal lagi.
1. acara kampus seharian tadi menyita banyak waktuku
2. karena bahkan kau sendiri belum jadi pulang, mah
janji yg agustus, batal. desember pun batal. ok, hati, otak, dan air mata siap menemuimu Januari nanti, mah. dan itu pun nyaris kau batalkan juga.
"mamah bukan nggak mau ketemu mbak laras, tapi mending drpd buat pulang, uangnya buat mbak laras beli leptop baru aja. mamah pulang Mei, ya?"
... tut tut tut..
reflek aku matikan sambungan telpon. untuk kali pertama, aku tidak menginginkan gadget apapun saat ini. setidaknya bukan untuk substansi kepulangan mamah.
"iya mamah pulang. mamah minta maap. mbak laras jangan nangis lagi, ya."
jawab mamah setelah aku bilang, "pokoknya.. laras.. mau.. mamah.. pulang.."

no more tears, yas.

bisikku.

"hari ini hari ibu loh, ucapin mamah ya!" ucapku pada seorang di sebelahku tadi.
"aku nggak pernah kasih apa2. lagian td aku udh berbuat baik." jawabnya
tiba2 aku teringat scrapbook yg dibawa mamah. hadiah Hari Ibu, tahun lalu.
"yg penting bukan hadiahnya, tapi ucapannya."
yas, you even haven't said to your mom!

oke. jangan nangis. jangan di sini.

jahat nggak sih acara2 motivation training macem tadi!
bisanya cm ngehancurin bangunan tegar yg susah2 aku susun hari ini.
alhasil apa? roboh lagi. nangis lagi. kangen lagi..
"kangen?" tanya dia di sebelah lagi.
aku mengangguk. menjerit bahkan, dalam hati.

jangan pulang dulu sehabis ini. dua detik. aku ingin kamu mengusap kepalaku. dan bilang. semua baik2 saja.

ya sudahlah. aku takboleh menyalahkan siapapun termasuk kamu yg ternyata langsung pulang. tanganku bahkan gagal menarik (tas)mu mundur dari kerumunan orang yg berebut keluar.

sempat aku terdiam, melamun sepuluh detik. sebelum lulu meneriaki namaku. dan aku kembali ke alam nyata.

sudah, yas. mamah papah nggak pernah suka kamu cengeng. katanya janji nggak mau gembeng lagi? mamah bentar lagi pulang kok. 2 minggu lagi. ok?

intinya,
"selamat hari ibu, mamah. mamah adalah mamah paling baik sekaligus paling jahat. tapi, kalo ada kesempatan buat balik lg ke alam sebelum lahir dan milih siapa ibuku. laras bakal tetep milih mamah."

dan buat kamu yg tadi mengusap air mataku. terimakasih sabarnya. maap ayas cengeng.

Rabu, 11 Desember 2013

11-12-13

Halo 11-12-13...
orang bilang tanggal cantik nih, aku juga bilang ding.. iya, saking cantiknya, sampe jomblo yang lg ngincer, rebutan buat jadiin tanggal cantik ini tanggal jadian mereka. tapi, bukannya tanggal ini cuma terjadi sekali selamanya ya? anggal 11 Januari, Februari, Maret, dst udah nggak bagus lagi kan ya... ah tetep paling bagus 070713 deh..
well, whatever about what date today, i just wanna to go to a year a go... Desember jugak..
ada abg labil yang habis putus, proyek lomba dramanya gagal dapet juara I plus ada problem di keluarganya, lagi diem di depan balkon depan kelas. perutnya mulai rock and roll-an. tapi dia inget, dia nggak mungkin jajan yang mahal-mahal hari itu, karena uang jajannya buat minggu itu udah habis, dan minta lagi ke papahnya adalah ide buruk. "Musti cari tambahan." batinnya.
Eh, kasiannya dia... dia cuma bisa nulis, akhirnya, dia keinget sesuatu, dia pun balik masuk ke kelas. Ada pamflet di tembok tentang rencana pembuatan majalah sekolah edisi terbaru. So... berarti bisa ngisi kolom dan dapet fee! Aha... lumayan buat nambah uang jajan. akhirnya cewek itu mutusin buat nulis cerpen dan ngirim ke redaksi.
tiba-tiba... bruuuussss... hujan deres!
cewek berambut panjang dan berkacamata itu pun keluar kelas lagi buat memastikan.
"Ah sial! kenapa hujan sih!!"
"Emang kenapa kamu benci hujan?"
Skak mat! sahabatnya erdiri di belakang cewek itu dan memulai ceramahnya tentang keajaiban hujan.
hujan deres itu saatnya buat berdoa
si cewek itu pun mulai merapal doa..
segera dapet ide buat cerpen majalah Ya Allah...
dia teringat tema majalah edisi kali ini. "Desember"
lalu kepalanya berputar, "tentang hujan, desember dan... ayolaaah... aku? ah iya aku! terus... Kumi! aha iya kumi... bunga.. iya..bunga apa yaaa... sepatu? bougenville? bunga.... ah!  bunga desember!"
and.... she got it!
ia membuka matanya. sahabat cewek itu mengerutkan keningnya heran.
seusai tersenyum, ia pun turun ke lantai satu dan mengabaikan hujan yang tinggal rintik, ia tidak boleh membiarkan ide cerita tadi terbang terbawa angin.
dan, cerpennya pun terbit di majalah, fee nya lumayan untuk uang jajan, bahkan berhasil dipublish ke situs loker seni

that's true! if you wanna to see a rainbow, you have to through a rainfall, storm and cold weather. you don't even have negative thinking when a problem towards you. keep calm, close the eyes, inhale and exhale regularly, and take a pray. believe or not, you will see a rainbow after you open your eyes. no matter what it becomes to.

So this is me swallowing my pride

Standing in front of you, saying I'm sorry for that night

And I go back to December all the time


Sabtu, 07 Desember 2013

5th of 7

finally...
selamat tujuh yang kelima, sayaaang....

kalkun :)




7 November 2013 pukul 06:00 - 06:30

ada yang mendaratkan ini ke rumahku :')
siapa lagi kalau bukan mas pacar yang super-mengejutkan... Anang Pra Yogi...

sambil bawa ini kamu ngucap "Selamat Ulang Taun, Sayang :)"
sederhana! cuma apa to? kue! tapi tulusnya itu lhooo... dateng sepagi itu cuma buat nganter kue ke aku?
ah, kalo buat urusan surprise menyurprise emang kamu juaranya! makasih, sayaaang...


"kamu lagi suka warna pink, kan? ini mawar pink-nya"
katamu sambil nyodorin setangkai mawar ke aku :')
"Aku nggak bawa kado i... cuma bawa ini..."
TARAAAAA


halo spongiiee... selamat datang ke pelukaaan!
"Spongebob yg dulu kan ilang, nah dia sekarang udh jadi gede..."
ah, ini spongie nya peluk-able bangeeet... tiap malem nggak pernah lepas dari pelukan!

makasih buat hadiah spesial semuamuanya yaaa... tulusmu nggak ada duanya, yang... love youuuu....


Sebulan Lalu: Selamat datang 19


tepat sebulan lalu, pemilik blog yang masih cengeng ini menginjak angka 19...
banyak yg spesial di 7 November kemarin... termasuk ucapan2 yang mendarat di aku, melalui berbagai media, ya sms, ya twitter, ya fb, ya ngomong langsung...
ini ucapan dari temen2... dari berbagai penjuru duniaaa... kalkun, temen SD, SMP, SMA, kuliahan... semuanya... cm via sms, belom yang twitter sm fb :') ah bahagianya punya banyak orang yg sayang kita... 


dua kali lipat bakal sayang sm mereka deh...
ditambaaah, ada nama lain di setiap ucapannya.. jd ngerasa ada dua orang yg ulang taun saat itu...
yg paling spesial, tetep yang ngucapin pertama kali dooong...
sent to my phone cell, 00:32, 7th November 2013
definitely!! dari mamah tercintaaaaah :D :D

yang paling capslock! hehe, mbah kakung yg jugak ultah tanggal 7 november





Senin, 14 Oktober 2013

Sabtu

Lambaian tanganmu pagi itu, dari lantai dua gedung bercat putih yang tiap hari kau tapaki lantainya.
Aku menyaksikan senyumanmu merekah. Seakan menyambut aku yang pagi itu datang singgah ke kampusmu.
Ah, lagi-lagi baju kita senada, percaya atau tidak, aku selalu memperhatikan apa yang kau kenakan. Dan lagi-lagi percaya atau tidak, tak jarang pula kita mengenakan warna baju yang senada.
Aku menikmati tiap ocehan teman-teman yang menyaksikan langkah kita beriringan di depan mereka. Aku meyakininya adalah doa. Setidaknya mereka ikut bahagia melihat kita berjalan bersama.

Kamis, 10 Oktober 2013

#MARKA4: Layout

layout adalah seni tata letak sebuah artikel agar menarik saat dibaca tanpa meninggalkan aturan-aturan layout, seperti: urutan kiri-kanan, atas-bawah, huruf besar-hurufkecil


#MARKA3: Opini "Menuntut Anak Superior"

opini berisi pendapat dan sudut pandang penulis mengenai suatu peristiwa atau isu tertentu dengan tetap bersumber pada fakta. 

Menuntut Anak Superior

P
sikologi anak adalah komponen yang sejatinya dapat dibentuk oleh orang tua sejak dini. Bagaimana peran orang tua di dalam keluarga sangat berpengaruh untuk membentuk psikologi anak dan kemudian dapat mendukung aspek kognitif anak.

#MARKA2: Feature Profile "Ketua Marka LPM Kentingan, Sosok Sederhana yang Bertanggung Jawab"

Feature Profile adalah ulasan secara mendalam mengenai seorang tokoh atau profil seorang tokoh yang dinilai memiliki human interest untuk menjadi inspirator publik. featur profile marka lpm kentingan diwajibkan untuk meliput salah seorang anggota senior LPM Kentingan, ayas ambilnya Mas Hanputro Widyono.


Ketua Marka LPM Kentingan, Sosok Sederhana yang Bertanggung Jawab
Oleh: Mutiara Larasati P


“Ati-ati lho, Dek… nek karo Mas Hanputro…” (Hati-hati lho, Dik.. kalau sama Mas Hanputro…)
K
alimat itu meluncur dari bibir salah satu anggota LPM Kentingan yang sempat membuat Tim LPM kentingan merinding ketika hendak mewawancarai Ketua Marka LPM Kentingan Hanputro Widyono atau yang sering disapa Han. Mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2012, Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS ini mengaku kurang paham mengapa dirinya ditunjuk menjadi Ketua Marka atau ketua Masa Rekruitmen Anggota LPM (Lembaga Pers Mahasiswa) Kentingan, UNS. “Saya cuma menjalankan tanggung jawab yang sudah diberikan teman-teman saya. Saya anggap ini sebagai kesempatan untuk melatih tanggung jawab saya.” Ujarnya saat ditemui oleh Tim LPM Kentingan, Kamis (26/9) lalu.
Sosok sederhana, Mas Hanputro, Ketua Marka LPM Kentingan 2013
Pemuda berpenampilan gondrong yang lahir pada tanggal 14 Mei 1994 ini termotivasi untuk mengikuti UKM LPM Kentingan karena memang pernah bercita-cita menjadi wartawan sekaligus mempelajari pers sesuai dengan jurusan kuliahnya di Sastra Indonesia. “Selain itu karena dulu saya di SMA ikut OSIS yang punya sekre di sekolah sehingga bisa jadi rumah sementara di sekolah, saya juga pengin punya rumah di kampus ini. Jadi saya memilih untuk ikut UKM supaya punya rumah sementara, hehe.” Akunya.
LPM Kentingan menerbitkan satu buah majalah setiap tahun yang bisa dimiliki oleh seluruh mahasiswa/i UNS cukup dengan mengunjungi perpustakaan. LPM Kentingan mendistribusikan terbitannya ke seluruh perpustakaan dan UKM fakultas. Hanputro adalah anggota dari LPM Kentingan Divisi Pengembangan dimana setiap tahunnya wajib mengadakan marka untuk anggota baru dan mengadakan event-event yang bersifat pengembangan baik secara intern, yaitu untuk kalangan mahasiswa/i UNS, maupun LPM yang lain di luar UNS.

#MARKA1: Straight News "ESQ Memotivasi Mahasiswa Baru"

Straight News adalah berita mengenai peristiwa yang hanya terjadi pada saat itu juga.




ESQ Memotivasi Mahasiswa Baru


“Banyak motivasi hidup yang saya dapat agar bisa melakukan yang terbaik selama jadi mahasiswa UNS”

ESQ atau Emotional Spiritual Quotient kembali digelar di Auditorium UNS pada Senin-Selasa (23-24/9) lalu. Kegiatan ini diadakan oleh UNS dan ESQ 165 Jakarta masih dalam rangka agenda tahunan UNS setiap awal semester ganjil. ESQ yang digelar selama dua hari tersebut adalah ESQ angkatan ke sembilan dari lima belas angkatan.
            Diikuti oleh sebagian dari mahasiswa/i Fakultas Sastra dan Seni Rupa, yaitu prodi Sastra Indonesia, Sastra Inggris, Ilmu Sejarah, Desain Komunikasi dan Visual, Desain Interior, Seni Kriya Murni dan Seni Kriya Terapan, serta beberapa peresta ESQ susulan dari Fakultas Hukum, Teknik, dan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan.

One Step Closer To Success! *amin


ALHAMDULILLAAAH :)
Best effort always followed by best result!

akhirnya ketrima juga di lpm kentingan, setelah marka seminggu dan screening seharian... 
jadi bagian dari 71 orang se UNS? Definitely, I'm proud :)
Bless my way, God.. beside me and help find success :)

setelah ini, ayas bakal ngepos 5 tugas marka LPM Kentingan selama seminggu kemaren :)

Minggu, 22 September 2013

Listen My Voice


Marry Your Daughter (Girl Version)



boy i know you're nervous for being here today
you may not be sure on what you're gonna say
so don't be afriad to take up some of my daddy's time
will you ask for my hand thought im my daddy's oldest?
'said im your everything and all that i know is
i would be so happy if this ever happens someday
and that'll be the moment you say:

"im gonna marry your daughter, make her my wife,
i want her to be the only girl that i'll love for the rest of my life
and give the best of me till the day i die
im gonna marry your princess make her my queen
she'll be the most beautiful bride i've ever seen"
i cant wait to smile, when i walk down the aisle
on the arm of my father
when you say "i will marry your daughter"

together every step since the day that we met
that time i saw you, i will never forget
there was never a moment when you ever treated me bad
so now that we have gone this far
oh bring on the better or worse and till death do us part
so dont you have doubts because this is just the start
just say to my dad with your heart:

"im gonna marry your daughter, make her my wife,
i want her to be the only girl taht i'll love for the rest of my life
and give the best of me til the day i die
im gonna marry your princess make her my queen
she'll be the most beautiful bride i've ever seen"
i cant wait to smile, when i walk down the aisle
on the arm of my father
when you say "i will marry your daughter"

my dad would be happy too,
if he hears this from you
that you'll marry his daughter
make her your wife
letting her be the only girl
that you'll love for the rest of your life
and give her the best you can
till the day that you die
you're gonna marry his princess,
make her your queen
she'll be the most beautiful bride
you've ever seen
i cant wait to smile, when i walk down the aisle
on the arm of my father

when you say,
" i will marry your daughter"


Marry Your Daughter - Brian McKnight (animation)




Marry Your Daughter

Rabu, 04 September 2013

Lola

“Apaan tuh?”
“Nggak tauk! Orang iseng kali!”
“Iseng? Ini bukan kali pertama loe dapetin surat kaleng macem ginian, La!”
“Whatever deh ya… kalo emang dia gentle, harusnya dia nunjukin langsung mukanya ke gue!”
“Ini namanya romantis, La. Bukan saatnya buat ‘talking about gentle or ungentle’ yaa”
“Romantis? Tai kucing!”
Lola. Itu nama gue, gue yang sama sekali beda sama cewek-cewek di seitar gue. Gue cuek banget sama hal yang namanya cinta. Sama sekali gue belom pernah pacaran. Karena kenapa? Bagi gue pacaran Cuma buang-buang waktu dan nggak penting.
Tapi…
Let us meet, girl… don’t you wanna to know me? I’ll wait you on the rooftop. After school. Thankyou

Sabtu, 31 Agustus 2013

SPONGEBOOOOOOB!!!!







pingin banget gantungan kunci spongebooob!!


LPM Kentingan

I just wanna to share about my university activites. This is my first year to study in college, that is Sebelas Maret University, it is located on Jl. Ir. Sutami no.36 A Surakarta. And my department is Communication Study, Social and Politic Faculty. I was so excited to be a student there, moreover I could pass SNMPTN. Many activities which my new friends and I did, such as, Osmaru (Ospek Mahasiswa Baru) and UKM Expo. And, right now, Guys, I will share about the Expo.

Yesterday, started on 7 am, we (the new students) were submitted on Student Center, UNS, to watch many performances and presentations of  UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) or, in Senior High School known as Extraculicullar.

UKM of Sport, Art, Martial, Organization, and many other. And... tadaaaa! I was interested to join one of them. And, that is LPM Kentingan (Lembaga Pers Mahasiswa).



It is student press agency. based on the name, press agencies engaged in the field of journalism students. We can learn more and more about journalism. Because, there we are invited to be the real reporter of news, we hunt the news, write down it to a paper or other media, and publish it to be a magazine. We also learn about how to write 'well' not only write news in ordinary, but also we learn how to make it more interesting, absolutely with spelling and correct journalistic language.

I think, it can help me to study in my department, because, in my fifth semester, student of communication department will be devided on many specializations, such as: video, radio, public relation, advertising, and journalistic. And, study in LPM Kentingan will give me many experience in study journalism. Amin.

Go follow: @KentinganPers
On Facebook: LPM Kentingan
Visit their sekre: Sekre LPM Kentingan
Be a reader on: Wordpress LPM Kentingan


(remind me if you find the uncorrect spell)

Minggu, 25 Agustus 2013

Doa di Bawah Lingkar Bulan

Dalam temaram bulan purnama di akhir Agustus
Secuil hati meranggas memeluk rindu
Menanti temu yang tak jua menyatu

Inginkan kau di sini
Tapi tak kudapati kau di sini
Inginkan aku mampu menahan ini
Tapi tak kudapati ku mampu menahan ini
Inginkan bulan membawa kabarku padamu
Tapi tak kudapati bulan mengerti

Aku iri pada suara denting cangkir kopi
Yang mungkin sedang beradu melodi denganmu
Aku iri pada lembar-lembar tulisan tangan
Yang mungkin sedang kau pandangi
Aku iri pada bulan di langit malam ini
Yang mungkin tetap sanggup memandangimu dari tempatnya berdiri

Inginkan kau di sini
Tapi tak kudapati kau di sini
Inginkan aku mampu menahan ini
Tapi tak kudapati ku mampu menahan ini
Inginkan bulan membawa kabarku padamu
Tapi tak kudapati bulan mengerti

Segaris nasib dilukis Sang Maha Ada
Membuat aku semakin kuat membangun pondasi sabar di dada
Jodoh sudah di tangan Nya
Takdir sudah dirangkai Nya

Dan sang bulan kuajak berdoa
Agar namamu lah yang ditulis Tuhan bersanding namaku di buku takdirNya

Semoga secangkir kopi, secarik kertas tulisan tangan, dan senyuman bulan mengamini doa kita..

Selasa, 20 Agustus 2013

FOTO KELOMPOK MANDIRI

Kelompok Mandiri Osmaru FISIP UNS @ Jembatan Asmara

Pemimpin yang Benar-Benar Benar

 

Pengertian pemimpin menurut Suradinata (1997:11) adalah orang yang memimpin kelompok dua orang atau lebih, baik organisasi maupun keluarga. Sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengendalikan, memimpin, mempengaruhi fikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Negara Indonesia merupakan Negara yang tergolong memiliki potensi baik dari aspek lingkungan alam maupun dari skill masing-masing sumber daya manusia. Akan tetapi, Indonesia masih tertinggal jauh dari Negara-negara berkembang yang saat ini sedang merintis menuju tahap Negara maju. Hal ini dikarenakan permasalahan kepemimpinan nasional yang terjadi di negeri ini belum menemukan jawaban. Beberapa permasalahan tersebut antara lain;

Sabtu, 03 Agustus 2013

About The Backsong

When I Look At You - Miley Cyrus

entah kenapa selalu merinding setiap denger lagu ini. mungkin karena arti di tiap-tiap liriknya itu..... daleeem banget.

Everybody needs inspiration,
Everybody needs a song
A beautiful melody
When the nights so long

Iya, semua orang emang butuh inspirasi, yang kebanyakan mereka dapat dari apapun yang mereka dengar, seperti lagu. Itu sebabnya smeua orang butuh lagu, melodi yang indah yang bakal nemenin orang-orang sepanjang malam yang terasa begitu lama.

Cause there is no guarantee
That this life is easy...

Siapa sih yang berani bilang, kalo kehidupan ini gampang? karena sebenernya emang nggak pernah gampang?


Yea when my world is falling apart
When there's no light to break up the dark
That's when I, I...
I look at you

Ketika duniaku terjatuh. Gelap, karena bahkan tiada cahaya barang setitik pun. Tapi, saat itu, aku melihatmu. Ya, melihatmu...

When the waves
Are flooding the shore and I can't
Find my way home anymore
That's when I, I...
I look at you

Ketika, ombak di lautan membanjiri pantai-pantai. Menyamarkan jejak untuk pulang. Dan, aku dibuat tersesat. Saat itu lah, aku melihatmu. Ya, melihatmu

When I look at You I see forgiveness
I see the truth
You love me for who I am
Like the stars Hold the moon
Right there where they belong
And I Know I'm Not Alone.

Ketika aku melihatmua, aku melihat sebuah kata maaf. Aku melihat kebenaran. Bahwa, sebenarnya, kamu mencintaiku apa adanya. Sebagaimana semestinya aku berada. Seperti bintang-bintang yang senantiasa menggenggam bulan dalam malam. Menemaninya hingga usai masa. Di sana, di langit mereka. Dan kini, aku tau... aku tidak sendirian.

You appear just like a dream to me
Just like Kaleidoscope colors that
Cover Me, All I need every
Breath that I breathe don't you know
You're beautiful...

Kau muncul seperti mimpi bagiku. Hanya seperti kaleidoskop warna yang melindungiku di setiap hal yang aku butuhkan. Di setiap udara yang kuhirup di setiap nafasku. Dan tau kah kau? Kau begitu indah di mataku...

And you appear Just like a dream
To me.

TARAAAA

TARAAAA!
akhirnya kesampean juga ngisi entri blog... udah numpuk nih, menggunugn-gunung bahkan yang mau diceritain. ada yang biru, ada yang abu-abu. ada yang bahagia, ada juga yang duka nestapa, huhu... :(
mungkin bakalan jadi beberapa entri yaa...
buat yang kali ini, ayas bakal ngebahas tentang transformasi tampilan blog ini. wkwk. dari full-grey-color jadi full-pink-color. aiiih :')
YAP! si empunya blog kayanya lagi bahagia ni, jadinya kepingin blog tercintanya berubah kaya power ranger!
dari header judul. alhamdulillah nemuin header yang nggak begitu alay, nggak rame dan chic banget buat dijadiin header judul blog.
background nya ini pasti udah sering liat deh -_- habiis, nggak nemu yg unyu sih, kepaksa pake yang biasa biasa aja gini...
yang paling pengin ayas bahas sebenernya adalah back song blog ini! next entri! chekidot!

Sabtu, 15 Juni 2013

Jodoh Pasti Bertemu

Andai engkau tahu betapa ku mencinta
Selalu menjadikanmu isi dalam doaku
Ku tahu tak mudah menjadi yang kau pinta
Ku pasrahkan hatiku, takdir kan menjawabnya

Jika aku bukan jalanmu
ku berhenti mengharapkanmu
jika aku memang tercipta untukmu
Ku kan memilikimu, jodoh pasti bertemu

Andai engkau tahu betapa ku mencinta
Selalu menjadikanmu isi dalam doaku
Ku tahu tak mudah menjadi yang kau pinta
Ku pasrahkan hatiku, takdir kan menjawabnya

Jika aku bukan jalanmu
Ku berhenti mengharapkanmu
Jika aku memang tercipta untukmu
Ku kan memilikimu, jodoh pasti bertemu

Jika aku (jika aku) bukan jalanmu
Ku berhenti mengharapkanmu
Jika aku memang tercipta untukmu
Ku kan memilikimu

(jika aku bukan jalanmu)
Ku berhenti mengharapkanmu
Jika aku memang tercipta untukmu
Ku kan memilikimu, jodoh pasti bertemu

Senin, 27 Mei 2013

Semangat Yaa

Buat masku yg tiap malem ngucap selamat bobok dan tiap bangun ngucap selamat pagi..
Jangan sedih karna aku nangis, ya.. Ayas nangis karna kesel kenapa orang se-wow masku bisa meleset.
Dan rasanya percuma banget aku seneng2 kalo masku belom seneng..
Tenang mas, Allah still prepares something special for you..
Ayas bakal support selaluuu :'

-buat kamu, pemilik angka tujuh

Sabtu, 18 Mei 2013

Memulai (Songfiction Kekasih Sejati – Monita)

Memulai (Songfiction Kekasih Sejati – Monita)
by: @lisa_nasi_damay

Aku yang memikirkan
Namun aku tak banyak berharap
Kau mebuat waktuku
Tersita dengan angan tentangmu

Pikiranku semakin kacau. Sekarang. Bukan hanya dia yang ada didalam pikiranku. Tetapi ada kamu, Gabriel yang mulai berkeliaran secara liar dikepalaku. Aku mulai mengacak-ngacak rambutku dan mulai menghempaskan tubuh di atas kasur.

Aku menghela nafas. Sudah lama aku menyimpan semuanya sendiri. Menyimpan perasaan ini. Mencintai dia dengan diam-diam. Dan sakitnya terasa dua kali lipat. Aku ingin marah ketika dia dikelilingi dengan perempuan yang lain. Tapi, siapa aku? Aku ini bukan siapa-siapa dia. Aku hanya temannya. Sudah itu saja tidak lebih.

Mungkin ini akibatnya, karena aku tidak membiarkan orang yang aku sayang tahu tentang perasaan ini. Sehingga aku terlambat. Terlambat, mengetahui jika dia juga mempunyai perasaan yang sama denganku.

Aku merasakan sakit itu, pedih, pilu, ngilu itu. Tapi, aku sendiri juga menyakiti kamu. Iya, kamu Gabriel yang tak pernah bosan menungguku. Padahal, aku merasakan apa yang kamu rasakan.

Betapa jahatnya diriku ini. Mungkin, aku memang pantas diberi gelar sebagai tersangka yang telah menorehkan luka di hati kamu. emhh… ternyata setelah kuingat-ingat bukan hanya kamu. iya, di luar sana banyak lelaki yang selalu menatikan aku membuka pintu hatiku. Namun, sayang mereka tak segigih kamu yang terus-terusan berjuang mengetuk pintu hatiku.

Andaikan hatiku jatuh di kamu. Waktuku pasti tidak akan terbuang percuma hanya untuk memikirkan dia, Rio yang benar-benar akan menjadi milik Shilla.

Aku beranjak dari kasurku, lalu berjalan mendekat kearah meja yang terletak disudut kamarku. Membuka lacinya dan mengambil semua barang yang ada didalamnya tanpa tersisa. Tak lupa aku mengambil gunting yang tergeletak diatas meja itu.

Entah mengapa, tiba-tiba kakiku terasa berat untuk melangkah. Aku mulai terjatuh. Seperti anak kecil ketika terjatuh. Aku menangis pilu. Kali ini aku terjatuh bukan karena tersandung batu atau apapun. Tapi, karena kenangan itu kembali terputar. Aku berteriak histeris.

Ponsel mulai berdering dengan suara yang nyaring. Aku merogoh kantongku. Kulihat nama yang tertera di layar ponselku dan itu adalah… dia. Mengapa dia harus menghubungiku ketika aku sedang menangis karenanya. Aku mulai mengatur nafasku.

“Halo! Ini Nitify Clarissa Andita. Ada yang bisa aku bantu. Kalau enggak ada mending tutup aja. Udah malam nih, udah ngatuk. Mau bobo, bobo cantik hehehehe.” Aku tertawa. Iya, tertawa getir lebih tepatnya yang berlomba dengan isak tangisku.

“Kalau gitu saya ganggu kamu, ya. Maaf. Kamu boleh tidur sekarang,”gumamnya dengan nada suara datar.

“Aku bercanda, Rio.”

“Aku tahu itu. aku selalu tahu tanpa pernah kamu bilang sekalipun.”

Kalimat itu. Aku paling membenci kalimat itu. Aku merasa ini memang tidak adil untuku. Lalu, apakah dia tahu? Lagi-lagi aku menghabiskan malamku dengan menangisinya? Apakah dia tahu?

Aku semakin terisak. Meremas ujung baju dan menggigit bibir bawahku.

“Aku hanya menggingatkanmu. Bahwa kamu sudah berjanji akan hadir di hari istimewa saya dan Shilla. Kamu tidak lupakan?”tanyanya dengan nada suara yang terdengar senang.

Aku memejamkan kedua mataku dan menahan nafasku. “Aku tidak akan lupa, Kario Utama Perwira. Aku akan selalu memenuhi janjiku…”

“Oke, kalau begitu. Selamat malam Ify. Selamat tidur cantik,”godanya dan dia mulai memutuskan panggilan itu.

Aku semakin berteriak histeris, mengacak-ngacak rambut atau bahkan sesekali menjambaki rambutku sendiri. Tanganku yang lemas dan semakin bergetar ini mulai mengetikan pesan untuk sahabatku sembari melirik kearah gunting yang ada digenggaman tangan kiriku.

To: Sivia Ariza

Seperti apa yang kamu bilang, Vi. Aku akan melupakan segalanya dan mengakhiri segalanya. Selamat tinggal Nitify Clarissa Andita. Karena kamu tak akan menemuinya lagi. Sahabatmu…

Aku melempar ponselku secara sembarang. Ketika menatap gunting itu aku menelan ludahku. Aku mulai menggerakan gunting itu keatas. Ini pilihan yang terbaik. Aku tahu Sivia yang rumahnya disebelah rumahku langsung kemari jika membaca pesan itu. jadi, sebelum Sivia datang. Aku lebih baik melakukannya terlebih dahulu.

Aku meyakinkan diriku. Aku mulai memejamkan mataku. Menggerakan gunting itu semakin dekat… dan dekat.

“IFY BUKA PINTUNYA!”

Aku tahu itu suara Sivia dan aku tahu dibelakang Sivia sudah ada keluargaku dan keluarganya. Tapi, maaf Vi aku belum bisa membuka pintu itu sebelum aku melakukanya.

Gunting itu semakin dekat dan…. semakin liar bergerak. Tangisku semakin kencang dan aku semakin histeris. Aku menjerit kencang. Tak lama, kurasakan kepalaku semakin berat dan penglihatanku mulai tak jelas. Gunting itu terjatuh serentak dengan jatuhnya tubuhku. Aku berhasil. Dan pintu kamarku juga berhasil di dobrak.

Mencoba lupakan
Tapi ku tak bisa
Mengapa begini

***

Mataku mulai terbuka secara perlahan-lahan. Setelah itu, aku mulai mengedarkan pandanganku. Aku langsung menemukan Sivia yang sudah memasang tampang cemberut dengan kedua tangan yang disilangkan didadanya.

“Untung ya. Untung banget, kamu itu masih hidup ya. Kalau kamu ngelakuin hal gila kayak gitu lagi. Aku yakin kita gak bakal ketemu lagi. Dan kamu tahu, Fy? Aku akan menangis sejadi-jadinya,”ucap Sivia yang panjang lebar dan mulai berjalan mondar-mandir kayak gosokan. Aku tertawa kecil memperhatikan tingkah lakunya yang seperti ibu-ibu namun seperti anak kecil.

“kamu ketawa, Fy? Ngetawain kalau ini semua lucu, gitu? Apa-apaan coba kamu sms kayak gitu. Hahaha iya, ya lucu banget. Sampe-sampe bikin jantungan orang sekomplek. Puas?”

Aku tertunduk dan semakin tersudutkan. “Maaf, Vi. Maksud aku. Aku akan melupakan dia. Mengubur dia dalam-dalam. Aku akan memulai hidupku yang baru. Makanya untuk melupakan itu. aku harus melenyapkan semua barang yang pernah dia kasih ke aku. Dan hal yang paling utama itu, aku harus melenyapkan foto aku dan dia. Kamu tahu kan foto yang aku maksud?”

Sivia berhenti dari aktivitasnya. Menatapku dan mengangguk.

Iya, aku merobek-robek, mengoyakan foto itu dengan gunting. Foto yang diambil ketika aku dan dia ada di taman. Dia yang merangkul dan tetap memandang lurus kedepan. Sedangkan aku tersipu-sipu dan tertunduk malu. Kata Sivia ketika itu, semua orang juga tahu kalau aku menyukainya ketika melihat foto itu. Memang bodoh sekali aku ini.

“Oke, itu bagus. Tapi dengan tidak nge-sms-in aku dengan sok misterius gitu, Ngerti?”tanya Sivia dengan tersenyum menggoda. Aku mengangguk.

“Ya udah. Aku pulang dulu. Mau nenangi diri. Dan diluar sana sudah ada orang yang dari tadi cemas dan cerewetnya minta ampun melibihi nyakop aku dan mpok atik.”

Sivia dengan cepat menghilang. Tak lama, terlihat kamu yang sudah berada diambang pintu. Menghentikan langkahmu sejenak. Menatapku. Menyunggingkan senyuman. Dan mulai melangkah mendekatiku. Aku berusaha mengangkat tubuhku dan membalas senyumu.

“Gimana, Fy? Kamu baik-baik aja kan?”tanya kamu cemas dan telapak tangan kananmu langsung memeriksa keningku.

“Aku baik dan akan selalu baik-baik saja.”

“Kamu sedang terluka, Fy. Kamu sedang rapuh. Pelan-pelan, Fy jika ingin melupakannya. Kalau kau terburu-buru , luka itu bukannya mengecil tetapi malah bertambah besar. Dan aku tidak mau kamu terluka.”

Aku menatap matanya. Kemudian keheningan mulai menyelimuti suasana dikamarku. Aku dan kamu mulai beradu pandangan. Aku meraih lengan kanannya dan mencoba menjauhkan dari keningku.

Aku tersenyum tipis. “Jangan membuat aku semakin bersalah dengan segala perhatian yang telah kau berikan padaku. ”

“Kamu tidak perlu khawatir. Karena luka itu akan segera sembuh.”

Kedua alismu mulai beradu hingga membuat keningmu berkerut. Aku tertawa melihat air mukamu itu. dan jika kamu seperti itu kamu begitu mirip dengan… tidak! Kamu adalah kamu. dia adalah dia.

“Karena aku ingin memulainya bersamamu. Bantu aku, Yel. Aku ingin mencoba membuka hatiku untukmu. Maka itu, gak ada salahnya kan jika kita coba terlebih dahulu?”tanyaku sambil menatapnya mencoba meyakinkan.

“Kamu serius, Fy?”tanya kamu yang tak percaya. Senyum diwajahmu itu semakin mengembang. Aku mengangguk.

***

Hari ini, aku merasakan diriku yang tidak lagi terperangkap diantara sekat-sekat. Aku bahagia, aku senang. Karena ada kamu yang mau melalui hari-harimu bersamaku. Walaupun aku tak tahu, apakah dia benar-benar menghilang dari hatiku atau… entahlah.

Aku berjalan bersamanya ke Caffe yang biasanya aku dan dia kunjungi. Kamu sama sekali tidak keberatan. Namun, ketika pandanganku tertuju kesudut Caffe ini. Aku menahan nafas. Kamu menyenggol lenganku.

“Ada dia disudut sana. kamu mau nyamperin atau pura-pura tidak tahu?”tanyamu yang langsung mendapat jawaban dariku dengan melihat kalau akau mengankat bahuku.

“Sebaiknya kamu nyamperin dia. Lagian disitu juga ada Shilla dan… aku pastinya.”

Aku mengganguk dan menuruti langkahnya. kamu mulai berjalan mendekat kearah meja dia dengan mengandeng tanganku.

“Ify,”gumamnya sambil tersenyum tipis.

“Hai, Rio! Hai, Shilla. Kenalin ini Gabriel.”

Kamu mulai mengulurkan tanganmu dan langsung dibalas dia dan Shilla. Aku dan kamu mulai duduk.

“Gabriel ini siapa kamu, Fy? Pacar kamu?”tanya Shila sembari menaikan kedua alisnya dan menggodaku.

“kita teman kok, Shill.”

“Teman atau demen? Hahaha,”godanya sembari tertawa. “Oh ya, Yo. Aku ke toilet sebentar ya.” Dia hanya mengangguk.

“Kalian udah kenal lama?” akhirnya dia mulai membuka suara.

“Lumayan,”jawabmu yang langsung mengalihkan perhatian ke ponselmu yang sudah berdiring sedari tadi. “Bentar ya, aku angkat dulu.” Kamu segera menjauh.

Sekarang. Hanya aku dan dia yang tertinggal dan dia mulai menatapku. Aku menelan ludah.

“Kamu menyukainya? Tapi saya tak yakin kamu bisa secepat itu menyukainya dan secepat itu pula melupakan saya,”ceplosnya. Kerongkonganku langsung terasa tercekat.

“Jangan jadikan dia pelarian, Fy. kamu tak kasihan padanya? Saya tahu kamu cemburu pada saya. Jangan pernah mencoba untuk berbohong. Karena saya tahu segalanya tanpa pernah kamu bilang sekalipun.”

“kamu sok tahu. Aku tidak cemburu. Aku sudah mengikhlaskanmu. Lagian, aku sudah bilang tadi kan. Kalau aku dan dia hanya teman. Mungkin kamu yang cemburu padaku. Ayo, mengaku saja,”tandasku.

Dia mulai mendengus. “Kalau saya bilang saya cemburu apa kamu mau menjauhinya? Lalu, membuat lukamu semakin besar? Maaf, saya tidak sejahat itu. maka itu saya akan bilang kalau saya tidak cemburu padamu. Kamu bilang dia temanmu. Tapi, dia berharap lebih, Fy.”

Tuhan. Aku benar-benar membencinya. Karena dia selalu membuatku merasa bersalah. Dan karena dia selalu membuat aku tersudutkan. Aku menghela nafas. Sesak.

“Justru aku senang. Karena sepertinya dia lebih baik dariku dan lebih pantas jika bersamamu. Aku akan selalu mendoakanmu. Aku yakin kamu akan baik-baik saja.”

Kamu mulai duduk kembali disampingku sembari melempar senyum kerah dia. Lalu, Shilla juga kembali. Aku sama sekali tak mengerti ini semua.

Dia mulai beranjak ketika Shila membisikannya sesuatu.

“Pokoknya kamu harus datang ya, fy. minggu depan nanti,”pintanya yang langsung mengacak-ngacak poniku.Ternyata dia masih mengingatkanku. Aku mengangguk. Dia mulai berjalan pergi.

“Kamu dateng aja. Gak perlu bingung kamu bisa nginep dirumah aku, Fy. pokoknya harus datang ya. Aku gak mau lihat Rio yang terus-terusan manyun hehehe. Dah! Sampai ketemu di Bandung,”timpal Shilla sembari melambaikan tangannya dan menyusul dia dengan berlari kecil.

Oh mungkin aku bermimpi menginginkan dirimu
Untuk ada di sini menemaniku
Oh mungkinkah kau yang jadi kekasih sejatiku
Semoga tak sekedar harapku

***

Aku tidak tahu dengan apa yang aku rasakan sekarang. Menangis atau tersenyum tapi dalam hati meringis. Aku sama sekali tidak tahu. Sekarang mobil ini sudah memasuki kota Bandung. Dan sekarang… adalah hari dia dan Shilla. Aku menghela nafas sembari menatap kamu yang terus menyetir.

Ponsel terus-terusan berdering. Aku tahu siapa yang menghubungiku. Ya, itu pasti Sivia yang udah berkoar-koar. Karena acaranya akan dimulai. Acara dia dan Shilla. Sivia memang lebih dahulu ke Bandung karena mamanya Sivia itu teman baiknya mamanya dia. Bahkan sudah seperti saudara. Ternyata, banyak hal yang masih belum aku mengerti.

“Iya, Vi kenapa?”tanyaku langsung.

“Fy, bisa cepetan dikit gak sih. Mau mulai, nih. cepetan kek. Awas aja kalau telat. Aku sama Rio bakal marah besar. Oke bye!” Seketika panggilan itu langsung terputus. Aku menghela nafas. Kamu menatapku sebentar sembari tersenyum penuh arti.

Bila kau tlah menjadi milikku
Aku takkan menyesal kelak
Telah jatuh hati

Aku memejapkan mataku dan berusaha mengatur irama nafasku. Andai, ini adalah hari aku bersama dia. Betapa bahagianya aku. Andai yang ada diposisi Shilla itu aku. Betapa bersyukurnya aku, Tuhan. Aku sama sekali tak akan menyesalinya.

Aku merasakan laju mobil ini mulai kamu pelankan. Buru-buru aku langsung membuka mataku.

“Ada apa?”

“kayaknya ada kecelakaan.”

“Coba aku lihat.”

Aku langsung menghambur keluar. Mencoba menyaksikan apa yang terjadi. Mencoba mencari celah diantara kerumunan itu. aku hanya bisa melihat sedikit. Dan sepertinya aku merasa tak asing lagi dengan korban yang ada didalam mobil itu.

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Tidak mungkin. Tidak mungkin! Ini sama sekali tidak mungkin! Ini hari bahagia mereka. Tidak mungkin ada disini. Aku mulai berjalan mundur sembari terus menggeleng-gelengkan kepalaku. Aku mulai berlari dan masuk kedalam mobil.

“Kamu kenapa, Fy? emang siapa yang kecelakaan?”tanya kamu.

Nafasku semakin memburu. Wajah itu terus menari-nari dikepalaku. Darah yang terus mengalir dan menodai bajunya serta suara yang meringgis-ringgis kesakitan.

“Yel mending kita langsung jalan lagi aja. Supaya cepat sampai gitu. Supaya Sivia enggak nelpon terus-terusan.”

Kamu menurut dan langsung memacu mobilmu kembali. Sedangkan aku hanya berharap bahwa akan baik-baik saja dan aku salah melihat orang.

Ponselku kembali berdering. Lagi-lagi dari Sivia.

“Fy, Fy. kabar buruk Fy. kamu cepetan kesini. Kemungkinan gak tertolong.”

Deg. Jantungku semakin berpacu.

“Vi, bicara yang jelas dong. Maksudnya apaan? Jangan bikin panik tau. Aku kan juga ikut panik.”

Ponselku terlepas dari genggaman tanganku dan tangaku mulai bergetar. Tubuhku terasa lemas. Bahkan bibirku juga ikut bergetar. Air bening itu langsung meluruh dan saling berlomba-lomba berjatuhan. Apa maksudnya ini, Tuhan? Permainan apa lagi yang akan dimainkan? Aku harus bagaimana?

Semoga tak sekedar harapku

***

Dia yang Sejati (songfiction Kekasih Sejati – Monita Idol)

Dia yang Sejati
(songfiction Kekasih Sejati – Monita Idol)

Aku yang memikirkan
Namun aku tak banyak berharap
Kau membuat waktuku tersita dengan angan tentangmu
Mencoba lupakan tapi kutakbisa
Mengapa begini…
Oh mungkin aku bermimpi
Menginginkan dirimu
Untuk ada di sini menemaniku
Oh mungkinkah kau yang jadi kekasih sejatiku,
semoga tak sekedar harapku.
Bila tak menjadi milikku
Aku takkan menyesal telah jatuh hati
***

“Oke, kalo kamu emang nggak bisa buka hatimu buat aku. Aku bersedia, Rin. Aku rela. Asalkan kamu… berhenti anggap aku transparan. Aku benci sikap kamu yang kaya gini…”

Gadis mungil bernama Arinda itu baru sekali mendengar ada lelaki yang benar-benar memohon kepadanya.

“Aku mohon, Rin. Mencintai kamu adalah pilihanku. Dan juga adalah hak kamu buat nerima aku atau enggak. Percaya, Rin… aku nggak akan banyak berharap lagi dari kamu, tapi… izinin aku untuk bisa selalu sama kamu. Terserah kamu, sebagai apa.”

“Dega…” Arinda menahan air matanya, “maafin aku…”

***

“Cinta itu mencintai. Kalau kau memilih untuk mencintai seseorang, itu lah cinta. Dan jangan paksakan dia untuk membalasnya. Kalaupun dia membalas perasaanmu, itu Cuma bonus. Cinta yang sebenarnya adalah saat seseorang memutuskan untuk mencintai seseorang. Bukan saat cinta dibalas cinta.” –anonim

***

“Aku tunggu di mobil?” tanya Dega, pemuda yang duduk di belakang setir kemudinya.

“Boleeh… tapi kalau mau ikut masuk, juga nggak apa-apa.”

“Oke deh. Nanti aku nyusul. Mau parkir dulu.”

“Siap, bos!”

Arinda keluar dari mobil, berjalan beberapa langkah, tapi lalu berbalik lagi, dan melongok ke jendela mobil lagi.

“Kopi cokelat? Kamu pesan itu?” tanya Arinda.

Dega tertawa kecil, “iya, pikuuun. Pernah aku ganti selera? Kaya biasanya aja deh…”

“Oke.”

Kini, Arinda benar-benar sudah melangkah menjauhi mobil Dega dan memasuki Café itu. Latte Café, yang banyak menjadi saksi cerita dari gadis mungil itu.

Siang bolong begini, suasana café memang tidak terlalu ramai, tapi tetap saja Arinda harus mengantre di meja pesan, karena banyak pengunjung yang membeli untuk dibawa pulang.

“Ada yang bisa dibantu, Mbak? Mau pesan apa?” tanya petugas café.

“Kopi cokelat satu. Cappuccino satu.”

“Silakan ditunggu ya Mbak.”

Arinda mengangguk, sambil memamerkan senyumannya. Pandangannya beredar ke sekeliling, lalu terpaku pada seorang gadis dengan blues putih yang duduk membelakanginya. Arinda merasa pernah mengenal gadis itu. Jangan-jangan…

“Chocolate Coffe sama Cappucino. Silakan Mbaak.” Ucapan si petugas café menglihkan perhatian Arinda dari gadis dengan blues putih itu.

“Cappucino? Ternyata beneran kamu, ya?”

Untuk kedua kalinya, Arinda dibuat terkejut, kali ini ucapan pemuda di belakangnya. Arinda mendongak untuk melihat wajah orang yang memang kelewat lebih tinggi darinya itu.

“Kamu…”

“Orion Sahel. Lupa?”

Aku yang memikirkan
Namun aku tak banyak berharap
Kau membuat waktuku tersita dengan angan tentangmu

***

“Kenapa nggak jadi nyusul?” tanya Arinda setibanya di mobil tempat Dega menunggu.

“Kamu sendiri? Habis ketemu siapa, kok keliatan bahagia banget?”

“Ha?” Arinda memutar bola matanya, mencari jawaban, “ah masa sih? Perasaan kamu aja kali, Ga…”

“Aku nungguin kamu. Di sini, sendirian. Dan aku nggak tau, kamu sadar atau nggak kalau aku tungguin. Karena kamu lama. Jahat.”

Ucapan Dega barusan membuat kening Arinda bertaut. Apa maksudnya? Kenapa tiba-tiba Dega berkata sedingin itu? Apa Arinda melakukan kesalahan?

***

“Argh sial!” umpat Dega membanting tubuhnya di atas kasur. “emangnya aku nggak liat Rin? Ekspresi kamu langsung berubah total setelah ketemu orang itu… apa bener-bener nggak ada aku di hidupmu? Bener-bener nggak ada namaku di hatimu??”

Ya, Dega memang menyaksikan kejadian di café tadi, keputusannya untuk menyusul Arinda ternyata salah, bersama pemuda masa lalunya itu, Arinda terlihat tersenyum begitu lepas, bahkan sesekali tertawa. Entah apa namanya, mungkin itu yang dimksud orang-orang sebagai ‘cemburu’. Yang jelas, Dega tidak terima, jika ada orang lain memasuki hidup Arinda dan mendominasinya, padahal orang itu sudah banyak menyakitinya.

***

Kelas dimulai pukul satu hari ini. Dosen adalah orang ter-semaunya-sendiri-di-dunia. Kelas yang menurut jadwal sudah dimulai sejak pukul 11 pagi, mendadak diundur dua jam. Dan itu membuat mahasiswa maupun mahasiswi fotografi jadi pengangguran di sekitar kampus. Seperti saat ini, Dega dan Arinda sedang duduk di rumput taman kampus. Dega keasikan mengutak-atik kamera Arinda yang sedikit trouble, sementara Arinda sibuk dengan tabletnya.

“Arinda liat sini!” panggil Dega yang bersiap mengambil gambar Arinda. Gadis itu tersenyum begitu manis, dan Dega berhasil mengabadikannya.

“Kamu harus jadi model tetap aku, Rin. Foto kamu selalu bagus.”

“Fotografernya yang bagus itu… hahaha”

“Modelnya juga cantik nggak ketulungan sih…”

“Apa deh kamu nih…”

Arinda dan Dega asik bercanda, sampai terdengar nada nyaring berbunyi dari tablet Arinda. Ada yang mem-BUZZ!! Akun Y!M nya.

“Kamu sekarang pake Y!M?” tanya Dega yang tidak menjawab apapun oleh Arinda.

Gadis itu hanya senyum-senyum sambil menatap layar tabletnya. Dalam hati, Dega tau benar, siapa yang barusan mem-BUZZ!! Arinda.

***

Mencoba lupakan tapi kutakbisa

“Hai cantiik…”

“Ri? Ya ampuun, kamu dimana?”

“Tebak doong, kamu udah nggak sepeka dulu ya?”

“Orion, aku udah nunggu kamu hampir setengah jam ya! Udah nggak usah main-main. Kamu dimana?”

“Iya iya, ampuun. Arah jam 6 dari tempat kamu berdiri.”

Gadis mungil dengan blues lengan panjang dan rok panjang semata kaki berbahan sifon itu berbalik, mengedarkan pandang, dan menemukan pemuda itu berdiri di hadapannya, kini. Melihat Orion tersenyum, Arinda pun sama. Pemuda dengan kemeja hitam itu selalu berhasil menjadi smile-maker bagi Arinda.

“Jadi… Cika minta dikado apa?” tanya Orion. Mereka memang berencana untuk bersama-sama membelikan Cika kado ulang tahun. Adik Arinda yang manis tapi kelewat jutek itu baru saja akan menginjak usia 18 tahun, besok lusa.

“Entahlah, Ri. Aku juga bingung. Cika nggak kaya abg lain, yang bisa dengan gampang dikasih hadiah.”
Orion mengangguk-angguk, memang benar kata gadis itu.

“Spongebob? Denger-denger Cika suka banget sama Spongebob? Mungkin kamu bisa beliin dia aksesoris atau mug Spongebob?”

“Ah! Iya! Minggu lalu dia pernah bilang, lagi pingin bantal spongebob! Aku beliin dia itu aja deh…”

“Haha, bagus kan ideku? Ok, come on!”

Arinda terpaku, karena baru saja telapak tangannya digamit Orion. Pemuda itu benar-benar telah menggenggam tangan Arinda sepanjang perjalanan. Dan Arinda bisa merasakan pipinya menghangat, ia sungguh merindukan pemuda itu… pemuda yang sama sekali masih terselip di hatinya, tanpa pernah terlupakan.

***

Sebuah sedan biru tua parkir di depan pagar rumah mungil milik keluarga Arinda, gadis itu dibukakan pintu untuk kemudian turun. Ia kelihatan berbeda, selain wajahnya yang masih tetap cantik, ada yang berbeda di sana, senyuman berkali-kali terpeta menghiasi wajahnya. Arinda mendadahi Orion, lalu mobil itu melaju dan hilang di balik tikungan jalan.

“Loh, Dega?”
Pemuda bernama Dega itu memang sedang berada di depan pintu rumah Arinda. Ada Cika juga di sana.

“Siapa itu?” tanya Dega, memancing. “Pacarmu?”

“Ha? Nggak.. dia temen SMA ku.”

“Mantannya, Mas…” sambung Cika dengan ekspresi malas. “Kalian balikan?”

Arinda menggeleng, tapi disertai senyuman, seakan berharap apa yang dikatakan adiknya barusan menjadi nyata. Sementara pemuda di hadapannya kini itu, diam-diam mengepalkan tangannya.

“Kamu… ada perlu apa ke sini?”

“Cuma mau balikin kamera. Aku udah perbaikin kok.” Jawab Dega yang mendadak jadi dingin.

“Oh…” Arinda menerima kameranya, lalu menggigit bibir bawahnya, entah mengapa suasananya jadi canggung, “Kamu mau masuk dulu? Kopi atau teh mungkin?”

Dega menggeleng, “Nggak perlu, apa yang kamu perlihatkan ke aku hari ini, udah cukup, Rin.”

“Maksud kamu?”

“Cika, Mas Dega pamit ya.. permisi.”

Pemuda itu berlalu meninggalkan dua gadis yang sama-sama hanya diam.

“Mbak Arinda jahat.”

***

OrionOrion: BUZZ!!
OrionOrion: evening, chicken little…

Arinda beralih dari kertas kado dan kotak yang sedari tadi menyibukkannya, ke layar tabletnya yang kini menampilkan taskbar ungu Yahoo! Mesenger. Sudut-sudut bibir Arinda tertarik ke samping, membentuk senyuman lagi.

Arinda_Ka: hey, why r call me like tht?
OrionOrion: hahahaha, aku masih suka panggil kamu ‘anak ayam’
Arinda_Ka: No… aku nggak mau terus-terusan jadi chicken little!
OrionOrion: bagiku, kmu msh jd chicken little-ku, Rin
OrionOrion is typing
OrionOrion: aku msh sayang kmu…

Benih yang dikubur dalam-dalam itu perlahan tumbuh, bahkan kini telah menampakkan bunganya. Arinda lupa, bahwa benih itu bisa kapanpun muncul lagi, kalau-kalau ada yang menyiraminya. Dan ia baru saja sadar, bahwa pemuda di seberang sambungan Y!M nya itu adalah dia yang menyirami benih itu lagi, untuk kedua kalinya, bahkan.

OrionOrion: R u there, Rin?

Jejarian Arinda mengetik balasan.

Arinda_Ka: aku juga sama Ri…
OrionOrion is typing
OrionOrion: J see you di ulang tahun Cika, ya…
Arinda_Ka: will miss you…
OrionOrion: mee too
OrionOrion has signed off.

***

Jakarta di bulan Desember adalah Jakarta basah. Hujan baru saja mengguyur ibu kota begitu derasnya. Beberapa mahasiswa tampak nekat pulang dengan motornya, walau beberapa di antaranya tidak mengenakan jas hujan. Ada juga yang hanya berdiri di bawah kanopi parkiran motor, menanti hujan reda.
Seperti Arinda, gadis itu–entah menunggu siapa- di sana. Sahabat yang biasanya menawarkan tumpangan, kali ini terlihat jarang ditemuinya. Arinda bukan gadis bodoh yang tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada pemuda itu. Tapi Arinda bahkan tidak terlalu pintar untuk membuatnya kembali normal. Memilih untuk menolak cinta Dega dan menerima kembali kehadiran Orion mungkin memang tidak adil bagi Dega. Tapi, Arinda memang menginginkan ini, menginginkan Orion yang selama ini ia nantikan. Dan ia sangat bersyukur, pemuda itu hadir lagi, khusus untuknya. Arinda tidak akan menyia-nyiakannya lagi. Ternyata, kehilangan sosok itu sekitar dua tahun terakhir, cukup membuatnya sakaw, dan menuntut dia untuk kembali memberikan cintanya untuk Orion. Dan hanya untuk Orion.

Hujan membawa hawa dingin. Arinda yang hanya mengenakan blues tipis pun berkali-kali bergidik kedinginan. Ia meraih ponselnya, mungkin ia akan meminta Cika menjemputnya, atau Orion mungkin. Ah, lowbat, ponselnya tidak mau menyala sama sekali. Ok, Arinda benar-benar kedinginan.

“Hatsyi!” Arinda mulai pilek. Namun, sesaat setelahnya, sebuah mobil tua yng sangat tidak asing di mata Arinda, parkir tepat di hadapannya. Pemuda di balik kemudi mobil itu, membuka pintu penumpang samping.

“Cepet masuk!” suruhnya. Arinda pun menurut.

Dega. Sosok itu lah yng kini berada di samping Arinda, sibuk dengan setir mobilnya, tanpa sekalipun membuka percakapan dengan Arinda.

“Hatsyi!” bersin Arinda lagi.

“Kamu sakit?” tanya Dega tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan. Arinda mengangguk.

“Cuma kedinginan sebenernya.”

“Mana Orion kamu? Dimana dia waktu kamu kaya kucing kedinginan kaya tadi?”

Arinda mendapati nada sengit dari ucapan Dega. Arinda memainkan ujung-ujung tisyu yang dibawanya.

“Dia mungkin lagi sibuk…”

“Aku juga lagi sibuk.”

“Handphone aku mati, Ga. Aku nggak bisa hubungi dia buat minta jemput…”

“Aku juga dateng bukan karena kamu minta jemput, kan?”

“Dega…”

Dega tertawa kecil, “Hahaha, aku lupa… sesempurna apapun aku, kamu tetep bakal milih dia, ya?” ucapnya sarkatis. Mirip seperti sindiran yang tepat tertuju ke Arinda.

“Dega aku…”

Tiba-tiba mobil berhenti, Dega menatap lekat-lekat manik mata Arinda, ada siratan kecewa di sana. Tapi lalu, pemuda itu memalingkan lagi wajahnya, sambil tersenyum.

“Cepet pindah ke kursi belakang. Ada selimut di sana sama handuk di belakang. Kamu bisa tidur dulu, sambil nunggu macet. Kayanya Jakarta mulai banjir.”

“Dega, tapi…”

“Cepet Rin. Liat mobil di belakang udah nungguin kita…” Dega tertawa lagi.

Arinda menuruti mau Dega, ia turun lalu pindah ke kursi penumpang belakang. Mengambil handuk dan selimut, mengeringkan rambutnya, lalu mulai terdiam di balik selimut tebal. Pandangannya ia alihkan ke jendela samping, ia tidak kuasa melihat sosok di balik kemudi itu, atau bertatapan mata melalui spion tengah. Dalam hati, ia merutuki nasibnya sendiri.

Dega melihat ke belakang melalui spion tengah, gadis mungil yng meringkuk di baling selimut itu telah terlelap. Rasa menyesal hinggap di benak Dega, ia benar-benar tidak bermaksud menyakiti gadis itu. Ia menyayanginya. Begitu lebih dari yang dimiliki Orion.

***

Arinda terlihat begitu cantik dengan dress panjang selutut berwarna ungu dengan gradasi biru tosca di bagian bawahnya. Rambutnya dibiarkannya terurai dengan satu jepit kecil berbentuk kupu-kupu yang ia sematkan untuk merapikan poni. Tapi, wajahnya cemberut, membuat kecantikannya sedikit berkurang.

“Masih belum dateng?” tanya Cika, si gadis yang malam ini berulang tahun.

Arinda mendesah, lalu menggeleng, berkali-kali ia melihat ke layar ponsel. Sms nya belum dibalas, bahkan telepon darinya juga tidak di angkat.

“Mbak yakin, udah undang dia dari kemaren-kemaren?”

“Udah lah, Cik. Dia sendiri yang bilang janji bakal dateng. Tapi kenapa sampe jam segini…”

“Udah hampir jam 11, Mbak. Acaranya udah mau selesai. Mau sampai kapan Mbak nunggu Mas Ori?”

“Dia yang janji mau dateng, Cik!” nada bicara Arinda meninggi, ia hampir frustasi dibuatnya.

“Oke, yaudah.. kalau emang kamu masih mau nunggu Orion dateng, yaudah…” suara Dega terdengar di balik punggung Arinda, gadis itu tidak berbalik, “biar aku yang anter Cika pulang, kamu pasti dianter Orion, kan?”

Arinda tidak mengangguk, tidak juga menggeleng. Ia bermaksud menghubungi Orion lagi, tapi tetap saja mailbox. Arinda meninggalkan pesan.

***

“Ri, ini Arinda. Kamu janji bakal dateng, kan? Aku masih nunggu kamu di Happy Café. Bye…”

Seorang pemuda memutar pesan suara di ponselnya. Waktu hampir menunjukkn pukul setengah dua belas malam, tapi, ia tidak juga datang ke pesta ulang tahun Cika. Ia benar-benar tidak bisa pergi, seseorang mencegahnya, dan ia pun sadar, kehadirannya di hadapan gadis itu akan semakin membuatnya sakit hati. Ia pernah membuat gadis itu begitu kecewa, dan ia sama sekali tidak mau menyaksikan Arinda sama kacaunya dengan yang terjadi dua tahun yang lalu di Café Latte.

“Kamu benar-benar mau ke sana?” tanya seorang gadis dengan rambut panjang sepunggung, dan mata yang sedikit sipit.

Orion, pemuda itu, menggeleng, “Aku Cuma buat dia kecewa, buat apa aku datang?”

“Nggak apa-apa, jelasin semuanya ke dia, apa alasan kamu begini.”

“Haruskah dia menangis karena aku lagi?”

“Harus.” Jawab gadis oriental itu, “kalau kamu menginginkan aku bahagia.”

***

Arinda masih menunggu di halaman café tempat ulang tahun Cika. Café itu sudah sepi, tinggal beberapa petugas kebersihan. Dega bahkan sudah mengantar Cika pulang. Tinggalah Arinda yang menanti ketidakpastian. Orion bahkan tidak mencoba menghubunginya, untuk apa dia menanti pemuda itu?? Bukankah ia pernah dibuat kecewa olehnya? Dan kini sebodoh apa Arinda sampai ia rela melakukan hal yang sama? Menanti? Menanti Orion? Bodoh…

Gadis dengan make up yang hampir luntur itu, menyeka air matanya, lalu bermaksud berbalik untuk mengambil tasnya di dalam. Tapi kemudian, sebuah mobil datang, dan parkir di hadapan Arinda.

“Orion?” terka Arinda. Dan memang benar, pemuda yang dimaksud Arinda memang benar-benar keluar dari dalam mobil, dan menghampirinya. Senyuman perlahan muncul di wajah Arinda, merekah seiring langkah Orion mendekatinya, tetapi, tiba-tiba pudar, setelah melihat ada orang lain yang baru saja keluar dari pintu penumpang samping. Seorang gadis dengan dress hitam, rambut lurus sepunggung dan mata sipit.

“Kamu…?” suara Arinda tercekat di tenggorokan, menyaksikan kini gadis itu bahkan menggamit lengan Orion.

“Maaf, Rin. Aku nggak bisa datang hari ini.” Ucap Orion yang jug terbata, “acaranya udah selesai ya?”

Gadis mungil pemilik manik mata cokelat itu mengangguk kecil, tanpa mengalihkan pandangan dari gadis cantik di sebelah Orion.

“Orion, dia…?”

“Oh iya, kenalin Rin, ini Bianca.” Orion memperkenalkan, gadis yang ia perkenalkan itu mengulurkan tangannya kepada Arinda, dan kemudian dibalas jabatan tangan,

“dia… tunanganku.”

Runtuh sudah pertahanan kelopak mata Arinda yang sedari tadi sudah panas. Hatinya mendadak keruh, ia seperti merasakan ada puing-puing di dalam dadanya yang tiba-tiba roboh, lebih remuk dari yang sebelum-sebelumnya. Dan air matanya menitik, setetes, mengalir di pipi dan sama sekali dibiarkannya.

“Arinda, maaf…”

Bianca mulai panik melihat Arinda menangis, ia yakin, ia bukan lakon yang salah di dalam kisah ini, tapi entah mengapa ia merasakan dirinya telah menjadi tokoh antagonis, dimana di setiap cerita selalu menciptakan tangisan untuk gadis sebaik Arinda.

“Buat apa minta maaf, Ri? Aku yang…” Arinda menyeka air matanya, “aku yang minta maaf… kamu… dia… ah, aku pasti sudah jadi orang ketiga sebelum ini, kan?”

Arinda memegang bahu Bianca, lalu menatap mata sipitnya, “mirip Leia. Seleramu nggak pernah berubah ya, Ri…”

Sebuah mobil tua parkir secara terburu-buru di belakang mobil Orion, si pemilik mobil segera keluar dan memanggil Arinda. Arinda menoleh, mendapati ada Dega di sana. ekspresi wajah Arinda seakan mengirimkan sinyal SOS, yang memohon untuk segera dikeluarkan dari perangkap yang ia buat sendiri.

Tiba-tiba Dega menghampiri Arinda, dan merengkuh pundaknya, “kamu udah lama nunggu aku, sayang?” tanyanya, yang berhasil membuat Arinda bertanya-tanya apa maksudnya.

“Hey, loe pasti Orion kan? Mantannya Arinda ya? Gue malah nggak tau kalo Cika juga undang loe. Kenalin, gue Dega, pacarnya. Dan ini pasti pacar loe juga?” Dega membuat narasinya sendiri, membuat Arinda hanya diam.

“Bukan. Dia tunangan gue.” Jawab Orion.

“Oh…” Dega menatap Arinda, gadis itu mengeratkan genggaman tangannya dengan Dega. Dega pun mengerti.

“Gue anter Arinda pulang dulu, ya. Kasian dia udah nunggu gue, lama.” Dega melepas jasnya, lalu dikenakannya di bahu Arinda. Pemuda itu mengantar Arinda menuju mobilnya, lalu melaju meninggalkan Orion dan Bianca.

Bianca menatap nanar ke arah Orion, “sebagai perempuan, aku juga ikut kecewa sama kamu, Ri…” bisik gadis oriental itu.

***

Mengapa begini…

Arinda masih terbisu di balik jas milik Dega. Sesekali ia menyeka air matanya yang entah sejak kapan sudah mengalir lagi di pipinya. Perasaan seperti ini sudah pernah diterimanya dua tahun yang lalu, dan kini harus ia rasakan lagi. Dan kepada orang yang sama, air mata itu ditujukan. Ironis.

Oh mungkin aku bermimpi
Menginginkan dirimu
Untuk ada di sini menemaniku…

Mobil Dega berhenti di depan pagar rumah Arinda. Setelah membukakan pintu untuk Arinda, gadis mungil itu mengembalikan jas Dega, tanpa sepatah kata pun. Arinda melangkah menuju rumahnya, tapi lalu berbalik dan memandang pemuda yang berdiri di samping mobilnya.

“Dega…” panggil Arinda, “makasih…”

Dega tersenyum, lalu mengangguk. Gadis itu pun berbalik lagi, menjauhi Dega. Dega sungguh tidak tega melihatnya, dalam hati ia benar-benar ingin menghancurkan rahang pemuda yang telah membuat gadis pujaannya itu menangis seperti ini. Dega menghampiri Arinda.

“Arinda…” panggilnya, Arinda berbalik, dan sejurus kemudian gadis itu mendapat pelukan dari Dega. Pelukan yang sangat berbeda. Arinda tidak menolak, ia betul-betul membutuhkan pelukan itu. dan air matanya membanjiri lagi. Ia sesegukan di dalam pelukan Dega.

“Kumohon… jangan salahin aku… aku tau aku bodoh…” bisik Arinda, di sela segukannya.

“Nggak. Kamu nggak salah.” Jawab Dega, “aku akan selalu ada buat kamu. Nggak peduli apapun yang terjadi. Maaf, aku udah seenaknya tadi, aku nggak tau harus apa lagi buat ngelindungin kamu dari orang itu, Rin. Aku nggak mau kamu kelihatan lemah di hadapan dia…”

Dari jendela lantai dua, seseorang menyibakkan tirai. Cika. Senyuman tersungging di bibirnya, ia tau saat seperti ini pasti datang. Kakak perempuannya itu pasti akan membuka hati pada orang yang tepat.

“Aku… masih sayang kamu, Rin. Dan aku nggak peduli…” ucap Dega lagi.

Arinda memejamkan matanya, ia sadar apa yang telah dilakukannya selama ini, apa yang telah membuatnya begitu kejam pada Dega, orang yang terang-terangan mencintainya tanpa celah. Tanpa pernah menyakitinya seperti yang telah dilakukan Orion.

Dan ia pun membalas perasaan Dega.

“Aku… juga sayang kamu…”

Oh mungkinkah kau yang jadi kekasih sejatiku

Dega berkali-kali mengucap terima kasih pada Arinda. Dan berkali-kali juga ia menyeka air mata gadis pujaannya itu. Arinda merapal syukur, telah memiliki malaikat sebaik Dega… ia tersenyum.

Semoga... tak sekedar harapku...

***

“Anda terhubung dengan mailbox, tinggalkan pesan, setelah bunyi… ‘beeep..’”

Arinda mengehela napas, lalu mengucapkan pesannya dengan sangat yakin.

“Aku Arinda, Ri. Makasih buat semuanya, kamu ngajarin aku buat kuat. Dan karena kamu, aku mendapatkan apa yang aku cari. Yang jelas, bukan kamu.”

Bila tak menjadi milikku…
Aku takkan menyesal telah jatuh hati..