Dalam temaram bulan purnama di akhir Agustus
Secuil hati meranggas memeluk rindu
Menanti temu yang tak jua menyatu
Inginkan kau di sini
Tapi tak kudapati kau di sini
Inginkan aku mampu menahan ini
Tapi tak kudapati ku mampu menahan ini
Inginkan bulan membawa kabarku padamu
Tapi tak kudapati bulan mengerti
Aku iri pada suara denting cangkir kopi
Yang mungkin sedang beradu melodi denganmu
Aku iri pada lembar-lembar tulisan tangan
Yang mungkin sedang kau pandangi
Aku iri pada bulan di langit malam ini
Yang mungkin tetap sanggup memandangimu dari tempatnya berdiri
Inginkan kau di sini
Tapi tak kudapati kau di sini
Inginkan aku mampu menahan ini
Tapi tak kudapati ku mampu menahan ini
Inginkan bulan membawa kabarku padamu
Tapi tak kudapati bulan mengerti
Segaris nasib dilukis Sang Maha Ada
Membuat aku semakin kuat membangun pondasi sabar di dada
Jodoh sudah di tangan Nya
Takdir sudah dirangkai Nya
Dan sang bulan kuajak berdoa
Agar namamu lah yang ditulis Tuhan bersanding namaku di buku takdirNya
Semoga secangkir kopi, secarik kertas tulisan tangan, dan senyuman bulan mengamini doa kita..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar