I knew you were trouble when you walked in
So shame on me now
Flew me to places I've never been
Now I'm lying on the cold hard ground
"Isshh... berisik..." Rea mematikan mp3 playernya yang sedari tadi melantunkan sebuah lagu. Entah mengapa akhir-akhir ini Rea uring-uringan sendiri.semua lagu favoritnya mendadak jadi bising didengar olehnya sendiri.
"Kamu lagi bermasalah, Re." seorang pemuda menyaut novel yang tepat di hadapan kaca mata minus Rea.
"Ah, abaaang!" Rea menarik paksa novelnya. Hingga menciptakan sebuah robekan di sana.
"Yaaaaah, sobeeek!! Abang siiih!"
"Eh? Kok abang?? Kan kamu sendiri yang tarik paksa!"
***
Rea memicingkan matanya menatap sungguh-sungguh sepasang kekasih yang sedang duduk di taman kampusnya. Dua orang itu yang membuatnya amburadul. Dia dan dia. Ah, pantas ia kalah saing. Gadis berambut panjang sebahu dengan poni rapih yang bergerak seiring gerakan kepalanya itu begitu manis. Jauh dari Rea yang lebih terlihat tomboy, walaupun ia memelihara kuku panjangnya dengan kuteks. Sayangnya kuteks berwarna hitam.
"Ternyata begini rasanya cemburu."
***
"Kata si Gina, temen kamu itu. Kamu lagi patah hati ya, Dek?"
"Iya!" jawab Rea ketus.
"Heeei... kenapa? cerita sini sama abang!"
"Adek lagi suka sama cowok. Dan adek baru tau kalo ternyata dia punya pacar. Padahal cowok itu udah bikin adek nyaman, bang."
"Oya? terus? kamu bahagia lihat mereka berdua pacaran?"
"Ya enggak lah! cemburu....."
"Tapi, cowok yang kamu suka itu kelihatan bahagia?"
Rea memandangi abangnya dengan lekat. Ada pancaran yang berbeda dari binar mata kakak semata wayangnya itu. Baru sekali abang memperlihatkan kelembutan yang amat sangat seperti sekarang ini.
"Sepertinya iya. Cowok itu sangat bahagia sama pacar barunya."
"Problem solved!" ujar abang.
"Maksudnya?"
"Kamu juga harus bahagia lihat cowok yang kamu suka itu bahagia."
"Sesederhana itu?"
"Denger ini..."
Telinga Rea dijejal headset dengan lagu kepunyaan Taylor Swift.
"Rea udah denger ini." ujar Rea.
"Suka?"
"Banget."
"Mau lepas cowok yang kamu suka itu?"
"Iyaaaa....." Rea mengangguk.
"Sekarang... bilang, siapa cowok itu?"
"Ehm...." Rea menunjuk sesuatu. Dada abangnya.
"Abang."